Pembelajaran Sekolah Penyuluh dan Penghulu Aktor Resolusi Konflik Gunakan Experimental Learning

Surabaya (Kemenag) --- Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah, Kementerian Agama melatih 50 penyuluh agama dan penghulu untuk menjadi aktor resolusi konflik. Pelatihan tersebut dilakukan melalui program Sekolah Penyuluh dan Penghulu Aktor Resolusi Konflik (SPARK) yang digelar di Surabaya, 22-26 Juli 2024.

Fasilitator SPARK dari Nurani Perdamaian Indonesia, Fahmi Rizal menjelaskan, SPARK memiliki berbagai metode pembelajaran bagi penyuluh agama dan penghulu, salah satunya dengan pendekatan Experimental Learning. Metode tersebut dilakukan dengan mengedepankan pengalaman di lapangan yang dikombinasikan dengan pengetahuan lama dan pengetahuan baru.

"Orang dewasa lebih mudah belajar ketika mengalami dan mengetahui kesalahannya, belajar dari kesalahan, dan kemudian ia kombinasikan dengan pengetahuan yang sudah ada, sehingga menjadi pengetahuan baru yang dapat diterapkan," ujarnya kepada wartawan di sela kegiatan SPARK di Surabaya, Rabu (24/7/2024).

Fahmi memaparkan lima aspek yang diterapkan dalam proses belajar peserta SPARK. Lima langkah tersebut adalah mengetahui, melaksanakan, memahami, menginterpretasikan, dan menarik kesimpulan.

Agar tidak membosankan, Fahmi mengungkapkan, proses pembelajaran SPARK juga menggunakan metode permainan yang disebut dengan Learning Game. Menurut Fahmi, lewat Learning Game, proses pembelajaran dapat direfleksikan, dikontekstualisasi, dan diaktualisasi menjadi materi pembelajaran yang lebih menyenangkan, serta menghindari metode ceramah yang terlalu banyak.

"Kita banyak menerapkan metode permainan di dalam pelatihan. Pertama, yang kita gunakan adalah Game Learning, yang dapat direfleksikan, diaktualisasi, dan dikontekstualisasi menjadi materi-materi pembelajaran. Sehingga, orang-orang dewasa tidak belajar dengan membaca teori terlalu banyak, dan tidak dengan mendengarkan ceramah yang panjang," ucap Fahmi.

Fahmi melanjutkan, Learning Game dirancang secara khusus dan diterjemahkan menjadi teori yang disampaikan fasilitator kelas. Dalam SPARK, fasilitator tidak memaparkan di depan kelas, namun ikut tergabung ke dalam kelompok dan menjadi rujukan bagi peserta.

"Peserta bisa bertanya, berkonsultasi, dan kemudian mendapat pengajaran dan pengalaman langsung dari para narasumber yang kompeten. Para peserta tidak akan merasa terlalu lelah," paparnya.

Ia melanjutkan, para peserta tidak akan merasa seperti gelas kosong yang harus diisi, tetapi merasa yakin bahwa dirinya memiliki pengetahuan. Kemudian, pengetahuan itu dikombinasi dan direstrukturisasi ulang menjadi pengetahuan baru berdasarkan input dan penataan yang didiskusikan bersama narasumber.

(Fn/Mr)

Widyawan Sigitmanto
Widyawan Sigitmanto Admin Simkah Web Id sejak dibuat sampai sekarang ;)
Sawer Admin via : Saweria